Saat itu pula keimanan menurun
Kembalilah ke jalan awal
Jalan dimana niatmu bermula
Tanpa syarat tanpa harap
Hanya bermodal doa kau berucap
Derai air mata menggelora
Dalam hati seakan sirna
Tapi menolak lupa
Meski sang empu sudah tiada rasa
Perlahan hilang ditelan asa
Janji sudah terucap
Takkan bisa terelak
Walau bagaimanapun menolak
Hati tetap tegak bermunajat
Membawa kebaikan yang tersingkap
Gusti...
Nyuwun pangapunten...
Atas rasa
Atas asa
Atas jiwa
yang terlalu muluk melangit
namun hati masih saja membumi
Jika tulisan adalah sebuah harapan
Sedang ucapan adalah takdir yang dinanti
Maka, kutulis dalam-dalam agar selalu ada disampingmu selama nafas masih dikandung badan
Dan lantunan ucap tak pernah putus untuk selalu mendoa atas kebaikanmu
Yang Mulia Guru pernah bertutur
Memang sebaiknya hati berada ditengah
Antara khouf dan roja'
Harap - harap cemas
Maaf ketika niat melenceng jauh
Saat ini, diluruskan kembali niat itu...
Karena sejatinya, kau adalah representasi Guru dalam diri seorang Murid Shodiq
Bagaimanapun keadaannya, kau tetaplah guruku
Guru kehidupan yang tak pernah berhenti berjalan
Sekali jalalmu keluar, seakan luluh lantak seluruh badan
Hancur berkeping bak remah remah
Berjuta kasih yang masih belum bisa mewakili rasa terimakasihku padamu
Atas segala hal yang ada dalam diri
Sekali lagi...
Baru tersadar kembali bahwa dirimu adalah milik seluruh umat
Berulang kali terasa tak pantas bersanding denganmu
Jauh jarak tak bertepi
Antara langit dan bumi
Ruhanimu telah jauh tinggi melangit
Sedang kami disini masih tetap membumi
Kumohonkan Ilahi
Agar engkau selalu dihati
Seperti jarum dalam jerami
Seberapa jauhpun kau berada
Tetap hati ingin terus bersua
Tak tau mengapa
Memang begitulah adanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar