Reboan Agung, 17 Februari 2021
فالأفراد هم الرجال الخخارجون عن نظر القطب
Wali Afrad adalah wali lain dari yang lain dari segala sesuatunya. Yaitu Wali yang tidak perlu diperhatikan oleh wali qutub. Mereka adalah pahlawan Allah (yang dijagokan oleh Allah) yang telah punya rasa ilahi, rasa rabbani, rasa rahmani atau ninimal rasa nurani yang sudah berhati (punya hati) sehingga selalu bertambah baik.
وهم أكمل أهل الأرض
Mereka penduduk bumi yang paling sempurna. Mereka telah terbimbing dengan ilmu Rab / Tuhan Yang Maha Mengatur Segala Urusan mereka sebagaimana syair sufi:
قَد كَفــاني عِـلمُ رَبّـي.
مِن سُؤالي وَاِختِياري.
فَدُعــائي وَاِبــتِـــهالي.
شــاهِـدٌ لي بِاِفـتِقاري.
*Cukup bagiku pengetahuan Tuhanku
*Dari meminta-minta dan merasa mampu berusaha
*(Maka) Doa serta permohonanku
*Hanyalah sebagai bukti kefakiranku (rasa butuh terhadap Tuhanku)
والأمناء هم الملامية، وهم الذين لم يظهر مما في بواطنهم أثر على ظواهرهم، وتلامذهم في مقامات أهل الفتوة
Selanjutnya adalah Wali Ummana' (bentuk jama' al-Amin) yang dapat dipercaya karena mampu menjaga amanat. Mereka pandai mencaci diri. Lahiriyah mereka tidak menunjukkan batin mereka sama sekali. Murid-murid mereka saja telah menduduki maqam ahli futuwah (kesatria).
Salah satu sifat satria adalah nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake. Jika harus bertanding maka siap bertanding tanpa bantuan dan jika menang, orang yang memusuhinya tidak menanggung malu karena kalah.
Futuwwah itu berani menanggung beban dan menjawab tantangan zaman.
Kita hidup dizaman milenial. Sufi itu mendahului (nyalip) zaman, minimal tidak ketinggalan zaman.
Kitab 'Awarif Al-'Awarif (karya: Syaikh Suhrawardi al-Maqtul/ sufi yang dihukum pancung) menerangkan bahwa Wali Mulami itu tidak nenampakkan kebaikan yang dilakukannya dan tidak menyembunyikan keburukannya.
Jangan percaya apabila orang mengaku mendapat ilmu laduni tanpa belajar. Begitulah kata Murabbi Ruhina Sidi Syaikh Mohammad Nizam Asshafa. Jika ada orang punya ilmu laduni tanpa belajar silakan dibawa kepada beliau untuk dicross check. Hanya saja cara belajarnya yang berbeda dengan manusia pada umumnya.
Kitab Tafsir Jilany
فإذا قلت مكبِّرا محرما على نفسك جميع حظوظك من دنياك : ألله أكبر، لا بد لك أن تلاحظ معناه بأنه : الذات الأعظم الأكبر في ذاته لا بالنسبة إلى الغير، إذ لا غير، وفِعل هذا للصفة لا للتفصيل وتجعلها نصب عينيك وعين مطلبك ومقصدك
Saat engkau melafadzkan takbir ihram pada jiwamu dengan segala bagianmu yang berupa duniawi, maka pasti engkau akan merasakan maknanya bahwa Allah Dzat Yang Maha Agung dan Maha Besar tiada banding yang tak bisa dibandingkan.
Aktivitas ini untuk mensifati bukan untuk dibandingkan. Dan jadikan sifat Maha Besar Allah berada di titik latifah nafsu natiqah (tepat diantara kedua matamu), dan menjadi penglihatan pencarian dan maksudmu.
.
.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar