Minggu, 07 Februari 2021

KITAB UYUBUN NAFSI

TENTANG KITAB UYUBUN NAFSI
Ahad Karim, 07 Februari 2021
بِسْـــــــــــــمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمٰنِ الرَّحِيـمِ

مقدمة
 أرجوزة عيوب النفس ودواؤها هـي : نظم وشرح لرسالة الإمام أبـي عبد الرحـمـان مـحمد بـن الـحسيـن السلمي (توفـي سنة 412 هـجرية) كـمـا أشار إلـى ذلك الشيخ زروق فـي مقدمة رجزه ؛ والتـي سـميت فـي بعض الـمصادر ب: "الأنس فـي عيوب النفس"؛ أو: "نظم فصول السلمي"؛ أو: "نظم عيوب النفس ومداواتـها".

Kitab "Uyubun Nafsi" Nadlam bahar rajas (arjuzah) "Uyubun Nafsi"
Kitab ini dianggap karya syaikh Zaruq yang paling monumental yang ditulis oleh Syaikh Muhmmad bin Hasan Al-Sulami dalam bentuk syi'ir.

Kitab ini juga dikenal dengan nama lain misalnya:
-Al-Uns fi Uyub al-Nafs
-Nadzam Fushul al-Sulami
-Nadzam Uyub al-Nafs wa Mudawatiha 

Syaikh Zaruh mendeteksi 79 penyakit nafsu ammarah yang lebih berbahaya dari virus "corona". Syarat menyembah, mengabdi dan menghamba kepada Dzat yang disembah itu adalah mengenalnya (ma'rifat kepadaNya).

Orang yang tidak mencintai tidak akan bisa mengenal.
Orang yang tidak mencintai Allah, tidak mubgkin bisa mengenalNya. Maka orang yang tidak mengenal Allah berarti jahil 'an Allah (bodoh tentang Allah).

Allah hanya mau disembah dengan cara, ilmu dan adab Allah sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah.

وتعتبـر أرجوزة: "عيوب النفس ودواؤها" من أهـم أعـمـال الشيخ أحـمد زروق رحـمه الله تعالـى، وأكـبـر دليل على مكانته كشيخ مرب عارف بـمكامن النفس وأدوائـها وطرق مداواتـها فضلا عن قدرته فـي مـجال النظم والرجز 

Kitab ini adalah petunjuk yang paling kuat yang menunjukkan tingginya kualiatas Syaikh Zaruq sebagai pembimbing ruhani dalam menyucikan jiwa yang ahli mendeteksi penyebab penyakit jiwa hingga akar-akarnya yang beliau uraikan dalam bentuk "arjuzah".

Ketika para ahli giat-giatnya menyusun syair dalam ilmu lughah dan fiqih beliau fokus untuk menyusun "arjuzah ini" yang beliau selesaikan ketika khalwat di Raudlah pada saat ibadah Haji pada tahun 888 H (1483 M).

Menurut Murabbi Ruhina Sidi Syaikh Mohammad Nizam Asshafa; setelah pendakian spiritual (menauki tangga keimanan, ihsan dan iqan) dengan menyucikan jiwa jika telah menncapai puncak maka pelakunya baru bisa mendapat predikat "ruhaniawan".

By : Ustd. Adib

Tidak ada komentar:

Posting Komentar