Ahad Karim, 11 April 2021
Manusia jika ingin menjadi "manusia seutuhnya" / manusia paripurna, maka harus memenuhi prinsip-prinsip sebagai manusia yang hakikatnya hanyalah hamba/ budak (Allah). Start pelaksanaannya ketika manusia bertransaksi (berbaiat) kepada Allah yang prosesnya dilakukan oleh khalifah Allah (pada masa Rasulullah, otoritas khalifah Allah dipegang oleh Rasulullah).
Murid tarekat adalah hamba yang telah memenuhi kehambaannya dengan menjual jiwanya kepada Tuhannya sesuai pesan yang tersirat didalam QS. At-Taubat: 111.
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ
..."sungguh Allah telah membeli jiwa orang-orang yang beriman,..."
فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
..., maka berilah kabar gembira (wahai Muhammad) atas transaksi kalian dengan Allah, itulah keuntungan yang teragung.
Maka murid tarekat itu tidak boleh sedih karena harus senantiasa berbahagia. Jika terpapar virus kesedihan maka hendaknya memperbarui transaksinya dengan Allah. Namun transaksinya harus dilakukan (disaksikan) oleh khalifahNya sesuai firmanNya:
اِنَّ الَّذِيْنَ يُبَايِعُوْنَكَ اِنَّمَا يُبَايِعُوْنَ اللّٰهَ
"Sungguh orang-orang yang berbaiat (melakukan transaksi) kepadamu (Muhammad) itu, sesungguhnya sedang bertransaksi dengan Allah." (QS. Al-Fattah: 10)
Setelah menjadi murid tarekat (jika menaati poin-poin transaksi), murid akan memahami bahwasannya transaksi yang didokumentasikan dalam Al-Qur'an tersebut antara umat Muhammad dan Nabi Muhammad tersebut masih relevan hingga hari kiamat, namun peran khalifah Allah yang diperankan oleh Nabi telah diwariskan kepada syaikh murabbi (guru mursyid).
Menurut murabbī rūhinã Sidi Syaikh Mohammad Nizam Asshafa, murid-murid yang berbaiat kepada Syaikh (guru mursyid) itu adalah orang-orang yang disebut oleh Allah sebagai "orang-orang yang bertaubat dan konskuensi pertaubatan hamba yang indah sebagiamana pesan qur'ani:
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّهِ
"Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, beribadah, memuji (Allah), mengembara (ruhuani), rukuk, sujud, menyuruh berbuat makruf dan mencegah dari yang mungkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah."
Maka orang-orang yang berbaiat (menurut murabbi ruhina), ketika:
- Sakit = tidak meminta sembuh (ketika tidak sakit, tidak meminta sakit).
- Miskin = tidak meminta kaya (ketika kaya tidak meminta miskin)
Demikian tersebut setelah para murid menyadari bahwa dua sisi yang berseberangan sebagai takdir Allah hakikatnya sama.
Akan tetapi otoritas penilaian dipegang oleh khalifah Allah yang Pewaris Sejati Nabi.
By : ustd Adib
Source : https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=316635823219724&id=107571654126143
Tidak ada komentar:
Posting Komentar