Minggu, 30 Mei 2021

SUKSES DALAM PERSPEKTIF TAREKAT

Ahad Karim, 30 Mei 2021

===> interesting points: "3 kriteria mukmin"

Materi kajian murid-murid tarekat Shafaiyah (Naqsyabandiyah Khalidiyah Mujaddadiyah Shafaiyah) di Pesantren Ahlus Shafa Walwafa pagi ini masih dalam bab "Manfaat Ziarah Waliyullah yang masih Hidup". Fokus kajian adalah "Menuju Sukses dalam Perspektif Tarekat".

Hanya orang mukmin yang dapat meraih sukses dalam arti sesungguhnya. Oleh karena Murabbī Rūhīnā Sidī Syaikh Mohammad Nizam Asshafa mengupas pelajaran tersebut secara detail, bahkan mungkin akan terdapat kontra pemahaman apabila tidak mengikutinya dengan baik. Tahapan penjelasan yang mampu ditangkap oleh penulis adalah berangkat dari firman Allah:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Sungguh orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu. Lantas  bertakwalah kepada Allah kalian mendapat rahmat". (QS. Al-Hujurat: 10)

الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, setiap unsur  menguatkan unsur-unsur yang lain.”

"Tidak ada jalan sukses dalam arti hakiki selain "taqwa", zuhud, mahabbah dan ma'rifat". Begitulah menurut beliau. Artinya jika ingin sukses maka bertaqwalah karena dengan bertaqwa akan terbimbing mebapaki fase berikutnya yaitu zuhud, mahabbah dan ma'rifat.

Tekniknya sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdul Ghani pensyarah kitab Tajalliyat Ilahiyat yang dijadikan kitab kajian dalam Ahad Karim, dalam ibrahnya:

وتمسكهم بالعبادات الواردة في كتب الفقه لا يجدي لهم شيئا، لأن الفقهاء كما ذكروا ذالك ذكروا أيضا حرمة الغيبة، وعرّفوها بأنها ذكرك أخاك بما فيه، وذكروا حرمة الإنتقاص للمؤمنين وحرمة التجسس عليهم والتتبع لعوراتهم والتفحص عن عيوبهم، واستحبوا كتمان الشهاده في الحدود وحرمة ظن السوء بالمؤمنين وحرمة إيذائهم، وبينوا أن كل من صلى صلاتنا واستقبل قبلتنا فهو مؤمن مثلنا

Statemen Syaikh Abdul Ghani tersebut masih menekankan pentingnya menjaga sikap (menghormati/ menjaga kehormatan) ahli "lā ilāha illā Allāh". 

Sangat menarik ketika Murabbī Rūhina menjelaskan ini (standar penilaian keimanan seseoarang). Seseorang dinilai mukmin jika termasuk "Ahli lā ilāha illā Allāh" yaitu orang yang menjaga ibadahnya sebagaimana ketetapan kitab-kitab fiqih artinya mereka shalat seperti kita, walaupun masih melakukan dosa-dosa asalkan bukan dosa syirik. Di antara mereka bahkan terdapat ulama' yang menyeru agar meninggalkan aktivitas memata-matai,  membongkar aib, suudzan, menyakiti dan aktivitas-aktivitas negatif lainnya terhadap mukmin lain, namun mereka masih melanggarnya.

Murabbī Rūhinā juga menjelaskan tentang kriteria mukmin yaitu:
1. Tidak semua mukmin itu muslim. 
(Tokoh agama lain seperti pendeta biksu dan lainnya yang mengamalkan ajaran agamanya dengan benar dan berhasil menjadi "insan yang beragama" dan beriman bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mereka termasuk orang mukmin yang bukan muslim. Aktivitas beragama terutama dari sisi kemanusiaan dan spiritual /tauhid adalah poin keimanan mereka walaupun aktivitas lahir keagamaan tetap menggunakan standar agama mereka. Walaupun jumlahnya tidak banyak. Hanya Ahli yang mampu mengenali mereka dengan baik)
2. Mukmin yang muslim secara umum dengan menjalani hukum syari'at sesuai ajaran kitab-kitab fiqih bahkan juga kitab-kitab tasawuf (Al-Quran, Sunnah, Ijma' dan Qiyas adalah basic/ sumber utama yang menjadi azas kitab-kitab tersebut).
3. Mukmin khusus yaitu orang yang beriman dan berilmu dan ingin menyempurnakan keimanannya atau mukmin yang bersungguh-sungguh ingin meraih kedudukan mulia disisi Allah dengan bimbingan guru yang ahli. (Mukmin yang bertarekat)

Mukmin khusus (no. 3) inilah yang akan terbimbing menjadi ORANG SUKSES (mukmin hakiki /mukmin sejati), dengan syarat mencapai kesempurnaan iman.

Hakikat orang sukses sukses adalah orang yang imannya sempurna yang telah dinilai sukses menurut Allah dan RasulNya, juga sukses dalam pandangan umum karena telah membidangi suatu bidang ilmu.

Inilah hamba yang akan mendapat reward (pahala) berlipat-lipat dari Allah dengan 1 amalan saja. Kelipatan pahala minimal 10x dan dapat berlipat menjadi 100x, 1000x dan seterusnya. Demikian itu setelah sempurna imannya dalam arti:
Ilmunya difamahi dengan benar kemudian diamalkannya sehingga dinilai benar oleh Allah dan RasulNya.

Inilah tujuan bertarekat. Maka mari kita mengaji agar mendapat ilmu yang benar, terbimbing untuk mengamalkan dan akhirnya layak menjadi orang sukses dalam arti sesungguhnya diakui penghuni langit (diakui Allah dan malaikatNya) dan penduduk bumi (para Rasul Allah, auliya'Nya dan seluruh manusia yang menyaksikannya).

wa Allah a'lam.

Original Post :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=347175273499112&id=107571654126143

Minggu, 23 Mei 2021

AHLI "LĀ ILĀHĀ ILLĀ ALLĀH"

Ahad Karim, 23 Mei 2021

Syaikh Abdul Ghani dalam mengomentari (menjelaskan) bab "Manfaat Ziarah Wali Allah yang Masih Hidup" dari kitab Tajalliyāt Ilāhiyāt karya Syaikh Aftadī Mahmud Afandi, memperluas penjelasannya dengan mengajarkan cara bersikap kepada "Ahli lā ilāha illā Allāh" yang dinisbatkan dengan penjelasan dari Pensyarah Kitab "Al-Manawi" sebagaimana dijelaskan oleh Murabbī Rūhinā, Sidī Syaikh Mohammad Nizam Asshafa sebagai berikut:

قال الشارح المناوي: أهل لا إله إلا الله كل من نطق بها أي مع نطقه بالشهادة الثانيه وإن لم يعلم ما في قلبه

Pensyarah kitab "Al-Manāwi": 
Ahli "lā ilāha illā Allāh" itu adalah setiap orang yang mengucapkannya (disertai kesaksian) walaupun belum diketahui hatinya demikian.

Pensyarah Kitab Al-Manawi (Al-Manawi Shahib Kitab Faydl al-Qadīr Syarh Al-Jāmi' al-Shaghīr) adalah Syaikh Zainuddin Muhammad Abdur Rauf bun Tāj al-'Arifīn bin Nuruddin Ali bin Zainul Abidin al-Haddady Al-Manāwy al-Qāhiry As-Syafi'i (952 - 1031H)

وقال علي كرم الله وجهه : 
«أعلم الناس بالله أشدهم حباً وتعظيماً لأهل لا إله إلا الله». 

Sayidina Ali berkata: Manusia yang paling mengerti tentang Allah adalah manusia yang kadar cinta dan pengagungannya kepada ahli "lā ilāha illā Allāh" paling kuat.

وقال ابن عدي: «إياك ومعاداة أهل لا إله إلا الله، فإن لهم من الله الوَلاية العامة، فهم أولياء الله ولو جاءوا يقرب الأرض خطايا لا يشركون بالله لقيهم الله بمثلها مغفرة، ومن ثبتت وَلايته حرمت محاربته، ومن لم يطلعك الله على عداوتة لله فلا تتخذه عدوًا، فإذا تحققت أنه عدو الله وليس إلا المشرك فتبرأ منه كما فعل إبراهيم عليه السلام بأبيه، ولا تعاد عباد الله بالإنكار ولا بما ظهر على اللسان بل أكره فعله لا عينه والعدو لله إنما يكره عينه، يفرق بين من يكره عينه وهو عدو الله، ومن يكره فعله وهو المؤمن العاصي. إنتهى كلام المناوي

Ibnu 'Ady berkata:
Janganlah kalian memusuhi Ahli "lā ilāha illā Allah" karena mereka mempunyai predikat kewalian yang umum disisi Allah. Mereka adalah wali-wali Allah yang seandainya melakukan perbuatan dosa tanpa menyekutukanNya, maka akan memohon ampunan sebesar dosa yang diperbuatnya. 

Barangsiapa ditetapkan dengan predikat kewalian, maka diharamkan memusuhinya. Dan barangsiapa yang jelas dimusuhi oleh Allah juga tidak boleh kalian musuhi.

Ketika telah nyata bagimu bahwa seseorang itu adalah musuh Allah dan musyrik, maka musuhilah sebagaimana yang dilakukan Nabi Ibrahim kepada bapaknya. 

Nabi Ibrahim memusuhi bapaknya dalam i'tiqad (keyakinan) tetapi dalam berinteraksi tetap dengan akhlaq yang baik. Artinya memusuhi akidah musuh Allah itu suatu keharusan. Namun bentuk memusuhi musuh Allah tidaklah harus dengan permusuhan yang nyata melainkan dengan sikap cerdas dan arif (bijaksana).

Original post :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=342864960596810&id=107571654126143

Kamis, 20 Mei 2021

WALI-WALI PENYANDANG BAJU KETUHANAN

Reboan Agung, 19 Mei 2021

Wali Abdul Khāfidz (22)

Wali Allah yang berbaju asma Allah Al-Khāfidz (Dzat Yang Maha Merendahkan kebalikan Al-Rāfi')

عبد الخافظ هو الذي (المؤمن الحقيقي) يتذلل له في كل شيئ ويخفظ عن نفسه لرؤية الحق فيه

Abdul Khafidz adalah orang (mukmin sejati) yang merasa hina-dina dibanding segala sesuatu dan merendahkan dirinya karena telah mampu melihat Allah Al-Haq didalam segala sesuatu tersebut.  Jika diizini oleh Al-Haq wali Abdul Khafidz  bisa berbalik arah menjadi Abdur Rāfi' dihadapan orang yang GR (merasa lebih tinggi) ketika Abdul Khafidz merendah dihadapannya.

Setiap kita adalah Abdul Khafidz (hamba yang hina-dina) namun tidak semua dalam tahqiq (dinilai benar dan baik oleh wakil Allah). Apabila telah benar ketika ditahqiq maka Allah akan memakaikan baju kebesaranNya Al-Khafidz.

Mata lahir sufi-sufi agung yang berbaju asmaNya Al-Khafidz tidak menyaksikan makhluk ketika melihat makhluk, tetapi mereka menyaksikan Sang Khaliq (Sang Pencipta).

Wali Abdur Rāfi' (23)

عبد الرافع هو الذي يترفع عن كل شيئ لنظره إليه بنظره السوى والغير، لقيامه بالحق الذي هو رفيع الدرجات، وقد يكون بالعكس

Wali Allah yang ruhaninya mengenakan baju asma indahNya Al-Rāfi' (Maha Tinggi). Wali Abdur Rāfi' menduduki maqam ketinggian Allah sehingga memandang rendah kepada selain Allah. Terkadang praktek Abdur Rāfi' adalah kebalikan maqamnya (praktek Abdul Khafidz yang meninggikan derajat orang lain yangbtidak merasa lebih tinggi dari apa dan siapapun yang dia temui).

Nabi bersabda:

الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَنُ إرْحَمُوا مَنْ فِي الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ.‏

Orang yang mempunyai karakter kasih adalah insan yang dimuliakan oleh Allah Yang Maha Kasih. Berbelaskasihlah kepada manusia agar Allah mengasihimu.

Implementasinya menurut Murabbï Rūhinā, Sidi Syaikh Mohammad Nizam Asshafa adalah sebagaimana pesan Nabi yang tersirat dalam hadis:

أَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى أَكْرَمِ أخلاق الدنيا وَالْآخِرَةِ ؟ أَنْ تَعْفُوَ عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتَصِلَ مَنْ قَطَعَكَ، وَتُعْطِيَ مَنْ حَرَمَكَ (رواه البيهقي)

"tidakkah telah aku tunjukkan kepada kalian tentang akhlaq yang paling mulia baik dunia maupun akhirat? yaitu memaafkan orang yang berbuat zalim padamu, menyambung tali persaudaraan pada orang yang memutuskan tali persaudaraan denganmu dan mau berbagi kepada orang yang tidak mau berbagi denganmu". (HR. Baihaqi)

Juga jawaban Nabi yang kepada Aisyah yang dibaca sebagai doa di akhir bulan Ramadhan:

اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عنا. 

"Ya Allah. Sungguh engkau Maha Pemaaf dan mencintai maaf, maafkan kami".

Tafsir Jailany

Al-Hāidl dan Al-Ghāidl (insan yang mengarungi samudera cahaya ilahi) hendaknya bisa menggali dan menemukan inovasi baru berupa keyakinan dan pencerahan (فرائد اليقين والعرفان). Ini merupakan buah dari menghayati surat-surat dalam Al-Qur'an lantas tersingkapkan untuknya rahasia-rahasia yang tersimpan dalam untaian ayat-ayat tersebut.

Original post :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=340776934138946&id=107571654126143

Selasa, 18 Mei 2021

Sebuah Makna

Terimakasih untuk hari ini

Hari dimana makna senja tersirat
Makna kisah tersurat

Cinta tanpa batas
Cinta tanpa beban
Cinta tanpa bicara
Cinta tanpa kata
dan cinta tanpa tapi
Adalah murni dari Ilahi Rabbi

Makna Cinta tanpa syarat dan tanpa harap akhirnya terkuak
Seperti cintaNya Sang Kekasih yang tak pilih Kasih

Surabaya, 18 Mei 2021

Pesan Untuk Najwa

Bismillah
Best Quotes Of Li 
💚💚💚💚💚💚

_Meskipun Najwa Shihab di pecat dari Acara Mata Najwa ... ayahnya (Prof. Quraish Shihab) membekali Najwa Shihab dengan nasihat yang bagus._

_*Tulisan Prof. Quraish Shihab kepada putrinya Najwa*._

_"Keberuntungan" kadang memainkan perannya dalam kehidupan manusia, sekalipun kerap tidak masuk akal. Karena itulah takdir mereka._

_Boleh jadi keterlambatanmu dari suatu perjalanan adalah keselamatanmu. Boleh jadi tertundanya pernikahanmu adalah suatu keberkahan. Boleh jadi dipecatnya engkau dari pekerjaan adalah suatu maslahat. Boleh jadi sampai sekarang engkau belum dikarunia anak itu adalah kebaikan dalam hidupmu. Boleh jadi engkau membenci sesuatu tapi ternyata itu baik untukmu, karena Allah Maha Mengetahui, sedangkan engkau tidak mengetahui._

_Sebab itu, jangan engkau merasa gundah terhadap segala sesuatu yang terjadi padamu, karena semuanya sudah atas izin Allah._

_Jangan banyak mengeluh karena hanya akan menambah kegelisahan. Perbanyaklah bersyukur, Alhamdulillah, itu yang akan mendatangkan kebahagiaan. Terus ucap Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, sampai engkau tak mampu lagi mengucapkannya._

_Selama kita masih bisa tidur tanpa obat tidur, kita masih bisa bangun tidur hanya dengan satu bunyi suara, kita terbangun tanpa melihat adanya alat-alat medis yang menempel di tubuh kita, itu pertanda bahwa kita hidup sejahtera. Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah, ucapkan sampai engkau tak mampu lagi mengucapkannya._

_Jangan selalu melihat ke belakang karena disana ada masa lalu yang menghantuimu. Jangan selalu melihat ke depan karena terkadang ada masa depan yang membuatmu gelisah. Namun lihatlah ke atas karena di sana ada Allah yang membuatmu bahagia._

_Tidak harus banyak teman agar engkau menjadi populer, singa sang raja hutan lebih sering berjalan sendirian. Tapi kawanan domba selalu bergerombol. Jari-jari juga demikian; kelingking, jari manis, jari tengah, jari telunjuk, semuanya berjajar bersampingan kecuali jari jempol dia yang paling jauh diantara keempat itu. Namun perhatikan engkau akan terkejut kalau semua jari-jari itu tidak akan bisa berfungsi dengan baik tanpa adanya jempol yang sendiri yang jauh dari mereka._

_Karena itu, sebenarnya yang diperhitungkan bukanlah jumlah teman yang ada disekelilingmu, akan tetapi banyaknya cinta dan manfaat yang ada disekitarmu, sekalipun engkau jauh dari mereka._

_Menyibukkan diri dalam pekerjaan akan menyelamatkan dirimu dari tiga masalah; yaitu kebosanan, kehinaan, dan kemiskinan. Aku tidak pernah mengetahui adanya rumus kesuksesan, tapi aku menyadari bahwa "rumus kegagalan adalah sikap asal semua orang"._

_Teman itu seperti anak tangga, boleh jadi ia membawamu ke atas atau ternyata sebaliknya membawamu ke bawah, maka hati-hatilah anak tangga mana yang sedang engkau lalui._

_Hidup ini akan terus berlanjut baik itu engkau tertawa ataupun menangis, karena itu jangan jadikan hidupmu penuh kesedihan yang tidak bermanfaat sama sekali. Berlapang dadalah, maafkanlah, dan serahkan urusan manusia kepada Tuhan, karena engkau, mereka, dan kita semua, semuanya akan berpulang kepadaNya._

_Jangan tinggalkan sholatmu sekalipun. Karena di sana, jutaan manusia yang berada di bawah tanah, sedang berharap sekiranya mereka diperbolehkan kembali hidup mereka akan bersujud kepada Allah SWT walau sekali sujud. Jangan selalu bersandar pada cinta, karena itu jarang terjadi. Jangan bersandar kepada manusia karena ia akan pergi. Tapi bersandarlah kepada Allah SWT, Tuhan YME, karena Dialah yang menentukan segala nya

Original Post :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=347302036697781&id=100042539633296

Tentang Hujan

Sudah tak ada yang perlu diucap
Caramu terlalu halus untuk dirasa
Menjauhmu terlalu indah untuk dikenang
Rindu yang makin hari semakin berat
Usaha untuk tetap bersabar
Kesabaran yang semoga tak ada batasnya

Hati hanya bisa menunduk lesu
Tak ada lagi yang ditunggu
Didunia nyata maupun semu
Ditemani beberapa purnama merindu
Rasa akan tetap sama dari dulu

Disadari atau tidak 
Waktunya tinggal sebentar lagi
Kehilangan akan tetap ada
Melepas dengan ikhlas
Meski apapun yg terjadi

Selamat berjuang
Semoga kehadiran kami setidaknya 
pernah diingat walau sekejap
Rindu itu berat
Biar kami saja yang merasakannya

Hujan deras yg menyelimuti tiap malam
Biarlah awet sampai kapanpun
Karena di tiap bulirnya ada namamu tersemat dalam doa

Surabaya, 17 Mei 2021

Minggu, 16 Mei 2021

Kepingan Rindu yang Hilang

Seringnya minta maaf karena selalu merepotkan
Merepotkan atas hal-hal sepele yang tak patut untuk diurusi
Karena masih banyak tugas mulia yg menunggu disana

Kalo bole bilang
Rindunya sampe ke tulang-tulang

Aneh benar memang
Sepertinya yg dirindu sudah tak lagi peduli
Tapi tak apalah
Biar kami saja yg memendam rasa
Semoga keadaanmu baik-baik saja
Hanya itu doa yg kupinta kepada Sang Maha

Tak ada yg tau
Entah sekarang, besok, atau lusa
Kapan dan dimana hati ini akan lepas
Melepas rindu yang bersemayam di dada

Terimakasih untuk tetap mau menyapa walau dalam diam
Berfikir tanpa jeda
Berbicara tanpa kata
Dan berlalu tanpa rasa

Surabaya, 16 Mei 2021




Senin, 10 Mei 2021

SUUDZAN DAN HUSNUDZAN


(Buruk sangka dan baik sangka)
Malam Ahad Karim, 08 Mei 2021

Syaikh Abdul Ghani melanjutkan keterangannya (syarah/komentarnya) terhadap kitab Tajalliyat Ilahiyat karya Syaikh Aftadi Mahmud Afandi perihal husnudzan sebagai implementasi "taat kepada Allah dan RasulNya dan ulil amri" QS. An-Nisa: 59. Beliau (Syaikh Abdul Ghani) mengutip statemen Imam Ghazali.

قال الغزالي: ومن مكايد الشيطان سوء الظن بالمسلمين، إن بعض الظن إثم، ومن حكم بشيء على غيره بالظن بعثه الشيطان على أن يطول فيه اللسان بالغيبة فيهلك، أو يقصر في القيام بحقوقه، أو ينظر إليه بعين الإحتقار ويرى نفسه خيرا منه، وكل ذلك من المهلكات

"Suudzan kepada sesama muslim termasuk tipudaya syetan. Sungguh sebagian dzan itu dosa. Orang yang menilai sesuatu tidak berdasarkan kenyataannya akan difasilitasi syetan untuk menindaklanjuti penilaian (yang salah) tersebut dengan menjadikan lisannya (mulutnya) membicarakan aib orang lain (ghibah) yang membuatnya terjerumus dalam kehancuran. Selanjutnya akan mengurangi kepedulian,  memandang rendah dan merasa bahwa dirinya lebih baik dari sesama muslim. Ini semua (suudzan dan implikasinya) termasuk kehancuran (degradasi) akhlak (bagi murid-murid tarekat).

Oleh karena itulah maka "husnudzan" menempati peringkat pertama transaksi bertarekat  (baiat pertama). Jika lulus husnudzan maka dapat wushul (sampai tujuan yaitu berada disisi Allah).

I'tiqad Wali Allah sekarang sudah tidak ada.

Termasuk husnudzan adalah meyakini (husnudzan) bahwa pada zaman ini terdapat Wali Allah. Barangsiapa menganggap bahwa zaman sekarang sudah tidak ada Wali Allah berarti dia telah berburuk sangka (suudzan). Inilah penyakit kronis yang menjangkiti hati seorang muslim yang menghambatnya menggapai predikat sebagai mukmin sejati. Artinya orang yang tidak percaya adanya Wali Allah artinya belum beriman kepada Allah dan RasulNya.

Lantas untuk mengetahui Wali Allah hendaknya seseorang (mukmin) bertanya langsung kepada kekasih Wali Allah yaitu Allah Azza wa Jalla melalui istikharah. Selanjutnya mintalah untuk dibimbing menggapai predikat mulia disisi Allah. Itulah Wali Mursyid (waliyyan mursyidan).

Jika belum mengaji dan laku tasawuf maka akan mudah suudzan (berburuk sangka). Orang yang memberi kabar kepada kita sesungguhnya membawa misi syetan dan mengajak perang. Kebalikannya jika tasawuf telah menempati hatinya maka akan mudah husnudzan (berbaik sangka). Dari husnudzan tersebut maka akan mudah menemukan Wali Allah (Guru Mursyid) yang akan mengantarkannya sampai kepada Allah.

Kesimpulan.

Tidak ada jamaah yang lebih baik dari jamaah yang dipimpin oleh hamba yang fana' kepada Rasulullah dan jamaahnya fana' sahabat Rasulullah (patuh dan taat kepada pimpinannya) yang cita-cita mereka adalah memgembalikan kemurnian ajaran Islam sebagaimana kemunculannya. Itulah kelompok-kelompok tarekat.

Original link :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=333760171507289&id=107571654126143

WALI-WALI PENYANDANG BAJU KETUHANAN


Reboan Agung, 05 Mei 2021

Wali Abdul Qābidl (20)

عبد القابض: هو من قبضه الله إليه فجعله قابضا لنفسه وغيره عما لا يليق بهم، ولا ينبغي أن يقبض عليهم في حكم الله وعدله، وحاجزا عن العباد ما ليس يصلح وهم ينقبضون يقبضه وحجزه
Abdul Qābidl adalah mukmin hakiki yang digenggam Allah (disempitkan oleh Allah) untuk didekatkan kepadaNya (endingnya agar hanya butuh kepada Allah), kemudian mampu mengendalikan nafsunya dan nafsu hamba-hamba selainnya dari segala sesuatu yang tidak pantas untuk mereka.

Allah adalah Dzat Yang Maha Membatasi, Maha Mengurung, Maha Mempersempit (terhadap gerak, ruang, rizqi dst,...)] 

Wali Allah yang lulus merayakan (ridla) ketika  sedang diqabidl (sedang disempitkan oleh Allah) akan disematkan baju kebesaran Allah "Abdul Qābidl" sebagai implementasi dari firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

"Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang shadiq" (QS. At-Taubah: 119)

Ridlalah, jika belum mampu sabarlah. Jika sabar juga tak mampu maka berusahlah sabar (menyabar-nyabarkan/ tashabbur).

Suluk adalah momen disempitkannya murid oleh Allah melalui washilah guru Mursyid agar ridla terhadap qabidlNya.

Salik itu ada 4 macam 
1. Salik Ibtidāi
Merupakan murid pemula yang belum pernah bersuluk. [maka harus bersuluk 10hari ke-1]
2. Salik Iqtidāi (sudah punya pengalaman suluk)Harus menjadi teladan bagi murid-murid baru.[10hari ke-2]
3. Salik Ihtisani Merupakan murid yang bersuluk untuk memperindah suluknya.[10hari ke-3]
4. Salik Istislāmi 
Merupakan murid yang melakukan totalitas kepasrahan dengan bersuluk. [10hari ke-4]

Setiap saat Allah menyapa kita dengan asmaNya yang 99 dan yang paling sering menyapa kita adalah asmaNya Ar-Rahman. Jika sesaat saja kita berpaling dari Ar-Rahman maka Allah akan mengingatkan kita dengan asmaNya yang berdimensi keperkasaan (jalal) yang salah satunya asmaNya Al-Qābidl (Maha membelenggu hambaNya dengan keperkasaanNya).

Dan sesekali kita diharapkan menjadi hambaNya yang mengenakan baju kebesaran asmaNya.

Abdul Bashith (21)

Fase setelah digenggam oleh Allah setelah ridla adalah fase Al-Bāshith (diberi keleluasaan) dan pasti diterima olehnya (murid yang ridla) dengan sikap 'arif (bijaksana) dengan sikap penuh tatakrama.

عبد الباسط هو من بسطه الله تعالى في خلقه، فيرسل عليهم بإذنه من نفسه وماله ما يفرحون به ويبسطون موافقا لأمره، لأنه يبسطه بتجلي اسم الباطن، فلا يكون مخالفا لشرعه

Abdul Bashith adalah murid diberi keleluasaan oleh Allah terhadap ciptaanNya, dan diizinkan olehNya untuk berekspresi dengan badan dan materi yang diberikan kepadanya sesukanya seluas mungkin asalkan masih dalam batasan perintahNya. Murid yang sampai maqam ini tidak mungkin lagi berani melanggar syari'at.

TAFSIR JAILANY

Hamba yang dipilih oleh Allah akan dikaruniai futuh ibarat (ketersingkapan makna lahir dari kalam Allah), futuh isyarat (ketersingkapan terhadap isyarat dari makna yang terpendam dalam untaian kalam Allah) dan futuh mukasyafat (ketersingkapan dalam menangkap makna kalam Allah sesuai yang dimaksud olehNya). Ketersingkapan tersebut menjadikan seorang murid mampu memahami hukum-hukum Allah yang didokumentasikan dalam syari'at, memahami etika interaksi dengan Allah yang dapat dirasakan dalam laku tarekat dan memahami rahasia-rahasia Allah berupa hakikat ilahi. Semuanya didokumentasikan dan tersimpan dalam kitab suci Al-Qur'an.

Wujud dari pemahaman tersebut adalah syari'at yang memuat hukum-hukum Tuhan, 
tarekat yang berisi adab berinteraksi dengan Tuhan dan hamba-hambaNya dan hakikat yang mengandung asrar (rahasia-rahasia ketuhanan).

Original link : 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=331864111696895&id=107571654126143

Minggu, 02 Mei 2021

Rival

Kepada

Rival ter- istimewa

Pantaslah jika kau sudah bosan dengan kami
Menyapa pun tak mau
Memandang pun tak sudi
Benar memang kami tak tau apapun tentangmu
Sekiranya ada waktu walau sejenak
Apakah masih boleh kami duduk berseblahan denganmu?

Entah mengapa, apapun yg keluar dari lisanmu selalu terasa istimewa
Selalu bisa menjadikan motivasi kami untuk terus dan terus mengejarmu

Jika waktu tak lagi berpihak pada kami, mohon maafkanlah

Maafkan segala apa yg sudah dan belum kami perbuat atasmu
Mohon doa agar segera menyusulmu di langit ketujuh

Pada akhirnya, percuma berusaha melupa
Karena namamu telah terpatri dalam doa

#SalamSatuHati


dari kami,

Lintasan pikiran

Sabtu, 01 Mei 2021

ETIKA TAAT ALLAH DAN RASULNYA

Ahad Karim, 01 Mei 2021

Mengulang kajian Ahad Karim di akhir kajian pada minggu lalu tentang "etika berziarah" kepada wali Allah baik yang telah meninggal dunia lebih-lebih kepada wali Allah yang masih hidup, Syaikh Abdul Ghani pensyarah kitab Tajalliyat Ilahiyat karya Syakih Aftadi Mahmud Afandi menyatakan:
 
فإن النافع في الحقيقة هو الله تعالى لا شيخ ولا ولي بل ولا نبي ولا رسول ولكن الزائر إذا قام بما أمر الله به في ظاهر اشريعة من حسن الظن في كل من يدعي الإسلام والإيمان والإحسان من المشايخ والأولياء فقد أطاع ربه في حق احترام ما أمره الله تعالى أن يحترمه بقوله تعالى: 
...,اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاُولِى الْاَمْرِ مِنْكُمْ,..  ﴿النساء : ۵۹﴾

Pada hakikatnya Dzat Yang memberikan manfaat adalah Allah bukan syaikh ataupun wali bahkan juga bukan Nabi ataupun Rasul.

Poinnya yaitu:
Apabila peziarah mengamalkan perintah Allah yang prosedurnya diatur oleh syariat berupa "sikap husnudzan" kepada figur (manusia) syaikh atau waliyullah dengan seruan/ ajakan "Islam-Iman-Ihsan" maka peziarah telah menaati Tuhannya dalam hal melestarikan (ihtiram) perintah Allah yang terdapat dalam QS. An-Nisa': 59
"...,Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu,... (QS. An-Nisa': 59)".
===============================

Original link : 
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=329433431939963&id=107571654126143