Ahad Karim, 23 Mei 2021
Syaikh Abdul Ghani dalam mengomentari (menjelaskan) bab "Manfaat Ziarah Wali Allah yang Masih Hidup" dari kitab Tajalliyāt Ilāhiyāt karya Syaikh Aftadī Mahmud Afandi, memperluas penjelasannya dengan mengajarkan cara bersikap kepada "Ahli lā ilāha illā Allāh" yang dinisbatkan dengan penjelasan dari Pensyarah Kitab "Al-Manawi" sebagaimana dijelaskan oleh Murabbī Rūhinā, Sidī Syaikh Mohammad Nizam Asshafa sebagai berikut:
قال الشارح المناوي: أهل لا إله إلا الله كل من نطق بها أي مع نطقه بالشهادة الثانيه وإن لم يعلم ما في قلبه
Pensyarah kitab "Al-Manāwi":
Ahli "lā ilāha illā Allāh" itu adalah setiap orang yang mengucapkannya (disertai kesaksian) walaupun belum diketahui hatinya demikian.
Pensyarah Kitab Al-Manawi (Al-Manawi Shahib Kitab Faydl al-Qadīr Syarh Al-Jāmi' al-Shaghīr) adalah Syaikh Zainuddin Muhammad Abdur Rauf bun Tāj al-'Arifīn bin Nuruddin Ali bin Zainul Abidin al-Haddady Al-Manāwy al-Qāhiry As-Syafi'i (952 - 1031H)
وقال علي كرم الله وجهه :
«أعلم الناس بالله أشدهم حباً وتعظيماً لأهل لا إله إلا الله».
Sayidina Ali berkata: Manusia yang paling mengerti tentang Allah adalah manusia yang kadar cinta dan pengagungannya kepada ahli "lā ilāha illā Allāh" paling kuat.
وقال ابن عدي: «إياك ومعاداة أهل لا إله إلا الله، فإن لهم من الله الوَلاية العامة، فهم أولياء الله ولو جاءوا يقرب الأرض خطايا لا يشركون بالله لقيهم الله بمثلها مغفرة، ومن ثبتت وَلايته حرمت محاربته، ومن لم يطلعك الله على عداوتة لله فلا تتخذه عدوًا، فإذا تحققت أنه عدو الله وليس إلا المشرك فتبرأ منه كما فعل إبراهيم عليه السلام بأبيه، ولا تعاد عباد الله بالإنكار ولا بما ظهر على اللسان بل أكره فعله لا عينه والعدو لله إنما يكره عينه، يفرق بين من يكره عينه وهو عدو الله، ومن يكره فعله وهو المؤمن العاصي. إنتهى كلام المناوي
Ibnu 'Ady berkata:
Janganlah kalian memusuhi Ahli "lā ilāha illā Allah" karena mereka mempunyai predikat kewalian yang umum disisi Allah. Mereka adalah wali-wali Allah yang seandainya melakukan perbuatan dosa tanpa menyekutukanNya, maka akan memohon ampunan sebesar dosa yang diperbuatnya.
Barangsiapa ditetapkan dengan predikat kewalian, maka diharamkan memusuhinya. Dan barangsiapa yang jelas dimusuhi oleh Allah juga tidak boleh kalian musuhi.
Ketika telah nyata bagimu bahwa seseorang itu adalah musuh Allah dan musyrik, maka musuhilah sebagaimana yang dilakukan Nabi Ibrahim kepada bapaknya.
Nabi Ibrahim memusuhi bapaknya dalam i'tiqad (keyakinan) tetapi dalam berinteraksi tetap dengan akhlaq yang baik. Artinya memusuhi akidah musuh Allah itu suatu keharusan. Namun bentuk memusuhi musuh Allah tidaklah harus dengan permusuhan yang nyata melainkan dengan sikap cerdas dan arif (bijaksana).
Original post :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=342864960596810&id=107571654126143
Tidak ada komentar:
Posting Komentar