BIANG LALA
Ahad Karim, 24 Januari 2021
Syaikh Bannani melanjutkan;
وكيف لا والأمر محقق عند كل عاقل,
Bagaimana mungkin orang bijak ('aqil) tidak selalu mengobati jiwanya dari kebingungan ruhani dan keterputusan perjalanan ruhani sementara kaidah tersebut nyata baginya. (Artinya orang berakal epifani pasti tak meninggalkan pengobatan penyakit hati dan tiada henti dalam perjalanan ruhaninya).
Murabbi Ruhina Sidi Syaikh Mohammad Nizam Asshafa memulai kajian tasawuf dengan menjelaskan panjang lebar tentang istilah "berakal/ 'āqil". Ada 2 perspektif 'āqil menurut beliau yaitu 'āqil nafsi dan 'āqil qalbi. Berakal dalam pembahasan tasawuf menurut beliau artinya jiwa yang tercerahkan karena telah wushul.
Berikutnya Syaikh Bannani melanjutkan penjelasannya tentang sikap hamba yang berakal (menurut istilah tasawuf) atau 'aqil.
أن من قصمته السوابق لم تنعشه اللواحق،
"Barangsiapa yang jiwanya dirapuhkan oleh pengalaman pahit masa lalu maka ia belum mampu mereguk rasa manis pada setiap kejadian yang sedang dijalaninya."
Mafhum mukhalafahnya: Sesungguhnya seseorang yang jiwanya tidak merapuh dan tidak melemah ketika mengenang masa lalu yang pahit maka diwaktu tersebut dia mampu mereguk hikmah-hikmah ilahiyah.
Jika belum mampu memetik hikmah ilahiyah jangan menengok masa lalu. Teruslah menambah ilmu hingga masa lalu dapat dipetik hikmahnya. Kemudian akan melenggang dalam menikmati masa yang akan datang. Dan Jmjika masih sakit hati atas pahitnya masa lalu maka jangan mengingat manusia.
وأن من ساعدته المشيئة بالسعادة الأزلية لم تلحقه الشقاوة الأبديه
Sungguh orang yang mampu bahagia atas "takdir buruk" yang menimpanya dengan kebahagiaan azali, maka segala bentuk celaka tak akan menimpanya.
لأنه ليس الناجي من سعى وأحسن السعي، إنما الناجي من سبقت له الهدايه من الهادي.
Sungguh orang sukses itu bukanlah orang yang kerja keras dan kerja cerdas, tetapi orang sukses itu adalah orang dibimbing oleh Allah Yang Maha Membimbing (disukseskan Allah dengan syafaat Nabi atau minimal dengan barakah para wali).
فسوابق الأزل لا محالة أنّها تؤثر على إنتهاء الأبد
"Masa lalu yang paling lalu itu tidak mustahil mempengaruhi terhadap masa yang abadi."
1-3 itu adalah menyatunya 3 masa yaitu mada azali, masa abadi dan masa al-ān dimana dimasa al-ān inilah Alah bisa dijumpai dengan musyahadah.
وما يظهر من البر واللطف بين الأزل والأبد
"Fenomena kebaikan dan kasihsayang merupakan mutiara penyatuan (di masa al-ān/ الآن ) dari masa lalu (azali) dan masa yang akan datang (abadi)."
وكذالك الكرمات إنما هو أمر عارض جاء بقصد الإمتحان
"Begitu pula aneka ^karamah^ itu sejatinya hanyalah sesuatu yang terjadi sebagai ujian."
Sidi Syaikh Mohammad Nizam Asshafa menjelaskan hal ini dengan "biang lala". Anak Bianglala Internasional (ABI). Biang artinya induk. Lala (2 la) maksudnya rahasia "la ilaha illa Allah" dan la hawla wa la quwwata illa billah. Al-Fatihah merupakan induk dari segala kebaikan dan kebenaran atau induk dari segala do'a.
Terkait tipu daya ilahi ini maka Syaikh Bannani menegaskan bahwa:
وأما أنوار العقل مع ظلمة الخذلان فإنها لا تفيد
Selama cahaya akal masih disertai "kegelapan perangai buruk / sifat tercela", maka cahaya tersebut belum bermanfaat. Lantas Syaikh Bannani memberikan ijazah doa yang di ijazahkan kepada peserta kajian Ahad Karim sebagai berikut;
اللهم أَيْقِظْنَا من نَوْمِ الْغَفْلة حَتّٰى لَا نَأْمَنَ مَكْرَكَ، آمين.
Artinya: Ya Allah. Bangkitkatlah kami dari sifat lalai yang di ibaratkan dengan tidur hingga kami benar-benar aman dari tipudayaMU.
Ini sama dengan doa:
يَا ألله، دُلّنِيْ عَلٰى مَنْ يَدُلُّنِيْ إلَيْكَ
Ya Allah. Bimbinglah hamba kepada abdi kinasihMU yang akan membimbing hamba kepadaMU. Maksudnya; Ya Allah kehendakilah aku bermursyid.
Ini adalah aqidah (keyakinan wali-wali Agung). Siapapun yang tidak berguru mursyid walaupun pandai tembus langit masih belum aman dari mati suul khatimah. (Walaupu telah bermursyid pun juga belum aman).
Yang telah aman adalah yang termasuk "shiddiqin". Jika masih "shadiqin" bisa aman bisa juga belum.
Sidi Syaikh kemudian menambahkan ijazah do'a;
اللَّهُمَّ لَا تُنْسِنَا ذِكْرَكَ، ولَا تُوَلِّنَا غَيْرَكَ، ولَا تُؤَمِّنَّا مَكْرَكَ، ولَا تَكْشِفْ عَنَّا سِتْرَكَ، وَاجْعَلْنَا صَبُوْرًا شَكُوُرًا، وَاجْعَلْنَا نَذْكُرُكَ ذِكْرًا كَثِيْرًا وَنُسَبِّحُكَ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.
Ya Allah. Janganlah hamba Engkau jadikan orang yang lupa dari berzikir kepadaMU, jangan pula diatur oleh selain pengaturanMu, jangan pula diamankan oleh selainMu, jangan pula tidak Engkau singkapkan tirai-tirai yang penghalang untuk menyaksikan keagunganMU. Semoga Engkau jadikan kami hamba-hamba yang ahli sabar dan ahli syukur, serta menjadi hamba-hamba yang selalu berzikir dan menyucikanMU mulai pagi hingga petang (24 jam penuh).
By : ustd. Adib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar