Ahad Karim, 30 Mei 2021
===> interesting points: "3 kriteria mukmin"
Materi kajian murid-murid tarekat Shafaiyah (Naqsyabandiyah Khalidiyah Mujaddadiyah Shafaiyah) di Pesantren Ahlus Shafa Walwafa pagi ini masih dalam bab "Manfaat Ziarah Waliyullah yang masih Hidup". Fokus kajian adalah "Menuju Sukses dalam Perspektif Tarekat".
Hanya orang mukmin yang dapat meraih sukses dalam arti sesungguhnya. Oleh karena Murabbī Rūhīnā Sidī Syaikh Mohammad Nizam Asshafa mengupas pelajaran tersebut secara detail, bahkan mungkin akan terdapat kontra pemahaman apabila tidak mengikutinya dengan baik. Tahapan penjelasan yang mampu ditangkap oleh penulis adalah berangkat dari firman Allah:
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Sungguh orang-orang mukmin itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu. Lantas bertakwalah kepada Allah kalian mendapat rahmat". (QS. Al-Hujurat: 10)
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang mukmin dengan orang mukmin yang lain seperti sebuah bangunan, setiap unsur menguatkan unsur-unsur yang lain.”
"Tidak ada jalan sukses dalam arti hakiki selain "taqwa", zuhud, mahabbah dan ma'rifat". Begitulah menurut beliau. Artinya jika ingin sukses maka bertaqwalah karena dengan bertaqwa akan terbimbing mebapaki fase berikutnya yaitu zuhud, mahabbah dan ma'rifat.
Tekniknya sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Abdul Ghani pensyarah kitab Tajalliyat Ilahiyat yang dijadikan kitab kajian dalam Ahad Karim, dalam ibrahnya:
وتمسكهم بالعبادات الواردة في كتب الفقه لا يجدي لهم شيئا، لأن الفقهاء كما ذكروا ذالك ذكروا أيضا حرمة الغيبة، وعرّفوها بأنها ذكرك أخاك بما فيه، وذكروا حرمة الإنتقاص للمؤمنين وحرمة التجسس عليهم والتتبع لعوراتهم والتفحص عن عيوبهم، واستحبوا كتمان الشهاده في الحدود وحرمة ظن السوء بالمؤمنين وحرمة إيذائهم، وبينوا أن كل من صلى صلاتنا واستقبل قبلتنا فهو مؤمن مثلنا
Statemen Syaikh Abdul Ghani tersebut masih menekankan pentingnya menjaga sikap (menghormati/ menjaga kehormatan) ahli "lā ilāha illā Allāh".
Sangat menarik ketika Murabbī Rūhina menjelaskan ini (standar penilaian keimanan seseoarang). Seseorang dinilai mukmin jika termasuk "Ahli lā ilāha illā Allāh" yaitu orang yang menjaga ibadahnya sebagaimana ketetapan kitab-kitab fiqih artinya mereka shalat seperti kita, walaupun masih melakukan dosa-dosa asalkan bukan dosa syirik. Di antara mereka bahkan terdapat ulama' yang menyeru agar meninggalkan aktivitas memata-matai, membongkar aib, suudzan, menyakiti dan aktivitas-aktivitas negatif lainnya terhadap mukmin lain, namun mereka masih melanggarnya.
Murabbī Rūhinā juga menjelaskan tentang kriteria mukmin yaitu:
1. Tidak semua mukmin itu muslim.
(Tokoh agama lain seperti pendeta biksu dan lainnya yang mengamalkan ajaran agamanya dengan benar dan berhasil menjadi "insan yang beragama" dan beriman bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mereka termasuk orang mukmin yang bukan muslim. Aktivitas beragama terutama dari sisi kemanusiaan dan spiritual /tauhid adalah poin keimanan mereka walaupun aktivitas lahir keagamaan tetap menggunakan standar agama mereka. Walaupun jumlahnya tidak banyak. Hanya Ahli yang mampu mengenali mereka dengan baik)
2. Mukmin yang muslim secara umum dengan menjalani hukum syari'at sesuai ajaran kitab-kitab fiqih bahkan juga kitab-kitab tasawuf (Al-Quran, Sunnah, Ijma' dan Qiyas adalah basic/ sumber utama yang menjadi azas kitab-kitab tersebut).
3. Mukmin khusus yaitu orang yang beriman dan berilmu dan ingin menyempurnakan keimanannya atau mukmin yang bersungguh-sungguh ingin meraih kedudukan mulia disisi Allah dengan bimbingan guru yang ahli. (Mukmin yang bertarekat)
Mukmin khusus (no. 3) inilah yang akan terbimbing menjadi ORANG SUKSES (mukmin hakiki /mukmin sejati), dengan syarat mencapai kesempurnaan iman.
Hakikat orang sukses sukses adalah orang yang imannya sempurna yang telah dinilai sukses menurut Allah dan RasulNya, juga sukses dalam pandangan umum karena telah membidangi suatu bidang ilmu.
Inilah hamba yang akan mendapat reward (pahala) berlipat-lipat dari Allah dengan 1 amalan saja. Kelipatan pahala minimal 10x dan dapat berlipat menjadi 100x, 1000x dan seterusnya. Demikian itu setelah sempurna imannya dalam arti:
Ilmunya difamahi dengan benar kemudian diamalkannya sehingga dinilai benar oleh Allah dan RasulNya.
Inilah tujuan bertarekat. Maka mari kita mengaji agar mendapat ilmu yang benar, terbimbing untuk mengamalkan dan akhirnya layak menjadi orang sukses dalam arti sesungguhnya diakui penghuni langit (diakui Allah dan malaikatNya) dan penduduk bumi (para Rasul Allah, auliya'Nya dan seluruh manusia yang menyaksikannya).
wa Allah a'lam.
Original Post :
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=347175273499112&id=107571654126143