Minggu, 31 Desember 2023

Penghujung Tahun

Akhir yang indah
Tanpa bisa diperjelas
Hanya rasa yang tak kunjung reda
Satu tahun terlewati sudah
Dengan berbagai rasa bergejolak dalam dada

Belajar bersama dengan sebuah kata
Rindu yang bersemayam rapih dalam jiwa
Terimakasih telah mengajari kami apa itu cinta sejati
Merelakan dan melepasmu dengan seseorang pilihanmu

Duniaku tidak melulu tentang dirimu
Namun fikir dan hati ini tak pernah alpa darimu...
Selamat tahun baru wahai elang kecilku
Jangan bosan jadi orang baik

Dari kami,
Sang penyayang tak bertepi


Sabtu, 02 Desember 2023

Dear you

Dear you,

Kau tau, aku hanya ingin meminta maaf
Soalnya pas ke rumah grinlek gajadi cuci muka....
Padahal udah niat bersiin wajahmu,
Berhubung nyari kapas ga ketemu, akhirnya gajadi deh...
Sori ya...

Giliran besoknya udah siap peralatan tempurnya buat bersihin your face,
Eh, malah gajadi ke grinlek...

Kecewa, pastilah...
Tapi mau gimana lagi, emang udah digariskan begitu...
Tak apalah, meski ada sedikit sesal dalam diri...
Jika diperkenankan bertemu kembali, maka bersyukurlah...

Sekian cerita hari ini kawan,
entah terbaca atau tidak, 
kami hanya ingin meminta maaf
Sudah itu saja 

Senin, 30 Oktober 2023

Nangis lagi hari ini aku, boi..
Tak tau kenapa...
Mungkin sungguh sangat merindukanmu...
Tak ada yang bisa kulakukan saat ini..
Menyatakan kerinduan pun tak mungkin..
Yang ada hanya belajar memendam rindu sedalam-dalamnya
Meski berujung tangisan yang takkan pernah usai...

Hanya itu senjata yang kupunya,
Munajat cinta sedemikian rupa..
Tak elok untuk diutarakan
Cukup dirasa dalam hati
ditempa dalam diri..

Sekian,
sekelumit cerita di hari yang panas


Jumat, 25 Agustus 2023

Jum'at, 25 Agustus 2023

Ya Rabb...
dia itu orang baik
Sungguh... 
kami adalah saksinya

Jika kedekatannya denganku hanya memperbanyak mudharat baginya,
Maka jauhkanlah dia dariku
dari kami yang hina ini...

Doa kami tetap sama
Memohon kebaikan untuknya dimanapun, kapanpun, dalam kondisi apapun dia berada...

Perihal rindu,
tenanglah... 
Sudah tersimpan rapat didalam kotak...
Untuk menyampaikannya pun sudah tak kuasa...
Buat apa, 
Jika tiap detik adalah kerinduan yang nyata...
Cukuplah doa senantiasa terucap

Perihal cemburu,
kami tak memiliki hak atasnya...
lihatlah,
sadarilah,
dan bangunlah dari mimpi...
bukan siapa-siapa
bahkan bukan apa-apa baginya...

Hanya senyuman yang terungkap diluar...
Meski didalam menangis kencang karena rindu teramat dalam...

duhai kasihku...
aku mencintaimu, biarlah ini urusanku...
bagaimana kamu denganku, terserah, itu urusanmu...


Selena

Jumat, 28 Juli 2023

Jum'at, 28 Juli 2023

Lama sudah tak bersua dengan tulisan
Sebenarnya banyak yang ingin diungkap
Sejauh mata memandang, sebesar itu pula rindu dari hati mendalam
Tak lupa pula bersyukur untuk hari ini
Hari-hari penantian senyum terindah yang pernah ada
Senyuman penuh makna setelah meditasi sekian lama

Selamat atas Muhasabah diri sempurna dalam Suluk Nuhi 
Semoga segera dipertemukan dengan orang-orang baik yang ada di sekitar
Karena kami sadar, kami bukanlah kawan yang baik
Meski bagaimanpun keadaannya, doa tetap terlangitkan setinggi langit Sang Maha Agung

Dalam meditasi pertamamu, sungguh indah Cahaya Ilahi yang ditampakkan
Semoga yang kedua dan seterusnya bisa membimbingmu kearah yang lebih baik lagi

Sungguh sebuah anugrah diperkenankan mengenal sosok sepertimu
Meski diri ini tau selalu merepotkanmu dalam jejak langkah perjalanan menujuNya

Dengan segala kerendahan hati, kami memohon maaf
Untuk seribu maaf yang terucap, selalu tersirat meski tidak tersurat

Beribu-ribu cerita yang ingin diungkap namun tak bisa diucap
Hanya diam dan senyuman yang tampak ketika bersua
Apalah daya kami bukan sebuah tempat yang baik untuk sekian banyak kisahmu

Jika waktu masih mengizinkan untuk terus mengenalmu,
Maka mohon maafkan segala salah ucap, laku, serta sikap yang selama ini tertoreh didepanmu

Tertanda,
Selena 

'Suluk Muharram 1445 H'

Minggu, 09 April 2023

Memori Berkisah

Prolog 

Apa kau tau, bagaimana kisah ini bermula
Pertemuan pertama yang tak terduga
Jangan sebut itu pertemuan, mungkin perselisihan lebih tepatnya...
ya.. ternyata aku lebih suka memakai kalimat itu...

Cerita perjalanan ke Tuban yang terlambat karena ketiduran...
Well, baguslah...
katanya si SKSD karena bolak balik misscall
Omaigat, did u know?
kau itu ditunggu orang satu kompi...
sudahlah jangan dibahas,
selalu sendu kalo ingat sksd...

Disisi lain, memang betul kamiorang sksd, bahkan gak kenal malah...
Mana bisa deket..
Yaudah si, mengalir aja terus sampai sekarang...

Dari nemenin chat pas ban bocor di Taman Pelangi,
Jadi penulis di Majlis Walisongo
Sampai pada kejernihan hati yang membuatmu bisa mendengarkan semua ocehan tentangmu dari orang lain,,,

Welldone,
semua kisah itu masih terangkai jernih di memori
Sampai kapanpun, kau akan tetap menjadi salah satu Guruku yang lihai...

From
Secret Admirer


Rabu, 05 April 2023

Rabu, 5 April 2023

Saat ini tugasmu banyak
Menyapa pun tak sempat

Sungguh terlalu kami tidak menyadari
Bahwa selama ini terlalu banyak cakap
Terlalu banyak ikut campur urusanmu
Terpenting adalah terlalu banyak mengganggumu

Maaf beribu maaf kami haturkan dari yang terdalam...
Usah kau risau dengan keadaan
Kami tetap ditempat 
Dimana dulu kau pernah mengenal kami dengan segala keburukan laku maupun rupa

Maaf kami terlambat menyadarinya,
Karena mungkin terlanjur sayang
Hingga di tiap kali rindu ini kumat
Tiap saat itu juga mata selalu sembab

Kami sudah tak berani lagi mengutarakannya
Sudah terlalu mengganggu hidupmu rupanya...
Hingga sebegitunya kau ingin berpisah...

Maafkan kami jika masih terus dan takkan berhenti melangitkan namamu
Karena hanya itu yang bisa kami lakukan saat ini,
Untuk menyapapun sudah tak berani
Karena kau pun sudah enggan menjawabnya...
Seakan kami hanyalah sekumpulan pesan yang patut untuk diabaikan...

Jika kau tau, sampai saat ini pun pesanmu masih senantiasa kami tunggu...
Sebagai penyemangat dalam menjalankan laku sabar, syukur, ikhlas, dan ridho...
"Karena Semangatmu, adalah Nyawaku"

Salam rindu dari yang Terkasih

Because You'll Always Be My Littlehawk

Ketika tugasmu selesai
Dan tempatmu terisi dengan yang lain
Maka sampah lah keberadaanmu saat ini
Sadar dirilah bahwa waktumu telah habis
Karena hanya bisa menemani berjalan
Bukan berlari, apalagi terbang melangit
#selftalk

Letter for My Dear :
Terbang bebaslah setinggi tingginya
Jelajahi seluruh alam dengan kebersihan hatimu
Kebagusan akhlakmu, kecakapan lakumu
Kami percaya sepenuhnya bahwa kau mampu melewatinya

Tetap tenang di keadaan bagaimanapun
Meski kami tak lagi berada disisi
Doa tetap terlangitkan atasmu tiada henti
Karena selamanya akan menjadi Sang Elang kecil tersayang

dari kami yang tak pernah berhenti menyayangimu

Minggu, 02 April 2023

Ahad, 2 April 2023

Hai kesayangan...
Bagaimana kabarmu sekarang
Lama tak jumpa
Lama tak bersua
Lama pula tak bercuap

Sungguh, niat hati ingin duduk bersamamu dengan santai meski hanya beberapa saat...

Semoga cita-cita kecil ini bisa tercapai... 

Seperti pepatah mengatakan,
Dalamnya Laut bisa diukur,
Namun dalamnya hati siapa yang tau...

Ya Rabb...
Semoga kami benar-benar bisa belajar darimu
Dari permata hati yang tak pernah pudar kebeningan kalbunya

Semakin jauh dari genggaman, semakin erat pula doa teruntai...

Karena pada akhirnya...
Semua akan terlupakan kecuali yang telah menyentuh hatimu
Semua akan meninggalkan kecuali yang telah menempati ruhmu
dan semua akam tergantikan, kecuali yang bagimu negri... (Buya As-Shafa)

Sungguh, di tiap detik membuka mata.. Yang teringat hanya dirimu seorang,
Aneh ya,,, entahlah,,, sebegitu dalamnya rasa ini tertancap kepadamu...

Namun, jika memang kau sudah tak memperkenankan kami masuk dalam hidupmu,
Maka kami hargai keputusanmu...

Tapi, tidak bisa tidak
Janji tetaplah sebuah janji
Tak ada sangkut pautnya denganmu,
Hanya sebuah janji kepada diri sendiri untuk terus melangitkan namamu hingga nafas terakhir berhembus...

Tetesan air mata senantiasa terurai di tiap huruf yang termaktub dalam tulisan...

Karena sungguh, tiap kali mengingatmu..
Doa demi doa mengalir atas segala kebaikan, keberkahan, dan kesehatanmu...

Salam rindu dari kami
Pengagum setiamu

Jumat, 31 Maret 2023

Jum'at, 31 Maret 2023

Jika merindukannya sudah bukan hakmu
lantas, mengapa menangis tiap kali mengingatnya
ah sudahlah, mungkin doamu kurang banyak untuknya
tersenyumlah, karena hanya itu yang bisa kau lakukan

Jika jawaban yang kalian cari tak kunjung datang, jangan menganggap bahwa hidup adalah serangkaian kekalahan

Didalam upaya yang panjang dan berjilid-jilid itu, pasti ada beberapa langkah yang signifikan

Jangan hidup di masa lalu, jangan terjebak pada kenangan yang membuat kalian tak bisa meneruskan hidup

Seorang Salik sejati tinggal di masa kini, tidak kemarin, bukan pula esok hari...
Namun, masih saja terus berusaha tanpa henti tanpa mengenal lelah...

Berusaha menuju kesejatian abadi, semoga...
Apalah daya, tangan hanya bisa menengadah
Mendoa dalam diam, melantunkan kalimat cinta dalam sepi...

Salam rindu untuk Sang Kekasih tak Pilih Kasih

Jumat, 17 Maret 2023

DAHSYATNYA SHAFÃ (CINTA) DAN WAFÃ (KESETIAAN)



Sebuah kisah nyata ...

Sebelum Nabi Muhammad Saw. diangkat menjadi rasul, Abul Ash bin Rabi' menghadap beliau. “Saya ingin menikahi Zainab, putri sulung Anda”.

Sebuah contoh kesantunan dan tatakrama.

Nabi Muhammad Saw. menjawab, “Aku tak mau melakukannya sebelum meminta izin padanya.” Sesuai syariat yang nanti akan diwahyukan kepadanya.

Nabi Saw. menyampaikannya pada Zainab. “Anak pamanmu mendatangiku dan menyebut-nyebut namamu. Apakah engkau rela ia menjadi suamimu?”

Wajahnya memerah dan ia tersenyum. Malu-malu.

Nabi Saw. kemudian menikahkan Zainab dengan Abul Ash. Bermulalah dahsyatnya sebuah kisah cinta. Dari pernikahan berkah ini lahirlah Ali dan Umamah.

Tiba masanya muncul sebuah masalah baru. 

Yaitu, terkait diutusnya Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul Allah. Saat itu Abul Ash sedang bepergian beberapa saat lamanya. Ketika ia kembali, Zainab sudah memeluk Islam dan mengimani risalah yang dibawa ayahnya. Abul Ash pun mengetahuinya. 

Zainab berkata, “Aku punya sebuah berita besar untukmu.” 

Abul Ash berdiri, lalu meninggalkan Zainab. Zainab mengejarnya, kemudian ia berkata: “Ayahku diutus sebagai nabi dan aku telah memeluk Islam.”

Abul Ash menjawab, “Bagaimana sikapmu? Beritahu aku!”

Zainab menimpali, “Aku takkan mendustakan ayahku. Karena ia bukan pendusta. Ia adalah orang jujur dan sangat dipercaya. Bukan hanya aku yang berislam kepadanya. Ibuku dan saudara-saudaraku juga melakukannya. Ali bin Abi Thalib sepupumu juga beriman. Anak bibimu, Usman bin Affan juga memeluk Islam. Sahabatmu Abu Bakar juga menyatakan Islam."

"Kalau aku ...," kata Abul Ash. “aku tak mau nanti orang-orang mengatakan Abul Ash menghinakan kaumnya, kafir dengan nenek moyangnya demi istrinya. Ayahmu pasti akan tertuduh. Mohon maaf. Hargailah sikapku?" 

Sebuah dialog cinta yang jauh dari memperturutkan ego dan gengsi.

Zainab tersenyum, “Jika bukan aku, siapa lagi yang akan memaklumimu? Tapi suamiku, aku adalah istrimu. Aku ingin membantumu dalam kebaikan hingga engkau bisa memutuskannya dengan benar.”

Zainab membuktikan kata-katanya selama 20 tahun. Ia bersabar. Setia dengan cintanya. Setia dengan akidahnya. 

Abul Ash tetap berada dalam sikapnya. Hingga sampailah saat hijrah nabawi. Zainab menghadap ayahnya.

“Ya Rasulallah, mohon izin aku ingin menetap bersama suamiku.” Bukti cintanya yang sangat dalam. Dan Nabi Saw. mengizinkannya dengan penuh sayang.

Zainab menetap di Mekah. Saat terjadi Perang Badar, suaminya memutuskan bergabung berperang bersama pasukan Quraisy. Menarget Nabi Muhammad dan kaum muslimin. Suaminya memerangi ayahnya.

Bermalam-malam ia menangis dan merintih, tenggelam dalam duka. Ia panjatkan doa dan bermunajat penuh kepasrahan.

“Ya Allah ... aku takut jika setiap matahari terbit akan menerima kenyataan bahwa anakku menjadi yatim atau aku kehilangan ayahku ...”

Abul Ash bertempur masih dengan keyakinanya. Meski ia sendiri tak benar-benar yakin akan sikapnya. Usailah pertempuran Badar. Abul Ash tertawan. Beritanya sampai ke Mekah.

Dengan penuh cemas ia menanyakan tentang kabar ayahnya
“Kaum Muslimin menang,” ia mendapat kabar demikian. 
Ia bersujud pada Allah, mensyukuri karunia-Nya. Ia juga bertanya berita tentang suaminya.

Mereka menjawab, “Ia ditawan oleh mertuanya.” Ia bergegas ingin menebus suaminya. Ia kirimkan kalung perhiasan.
Ia tak punya apa-apa yang berharga selain perhiasan dari ibunya yang ia kenakan. Perhiasan yang selalu melekat di dadanya. Kalung itu kemudian dibawa saudara kandung Abul Ash menghadap Rasulullah Saw. 

Nabi Muhammad Saw. terhenyak ketika melihat kalung istrinya, Khadijah yang sangat dikenalnya.

“Tebusan siapa ini?”

“Tebusan Abul Ash bin Rabi.”

Ada tetesan air mengalir dari pelupuk mata beliau, seraya berbisik pelan, ”Ini adalah kalung Khadijah.” Sebuah ungkapan kesetiaan yang terpatri dalam hati. Tak luntur meski jasad pemiliknya sudah bertahun-tahun terpendam dalam tanah. Beliau kemudian berdiri dan berkata, “Wahai manusia … lelaki ini tidak aku cela sebagai menantu.” Sebuah narasi pengakuan dan sikap adil yang nyata.

"Mengapa kalian tak bebaskan ia dari tawanan? Mengapa kalian tak mengembalikan kalung tebusannya kepada Zainab?"

Para sahabat menjawab, “Labbaik, wahai Rasulullah” 

Kesantunan dan ketaatan tertulis dalam sejarah.

Nabi Saw. kemudian memberikan kalung tersebut kepada Abul Ash dan berkata, “Sampaikan kepada Zainab agar jangan mengabaikan kalung Ibunya, Khadijah.” Sebuah pesan cinta dan kesetiaan yang dahsyat.

Nabi Saw. berkata, “Wahai Abul Ash aku sampaikan sebuah rahasia,” kemudian Abul Ash mendekati Rasulullah Saw. 

“Wahai Abul Ash. Sesungguhnya Allah sudah memerintahkan kepadaku untuk memisahkan antara perempuan muslimah dan orang kafir. Maka, kembalikanlah putriku kepadaku!”

Dengan penuh penghormatan Abil Ash berkata, “Siap. Aku akan melakukannya!”

Zainab keluar rumah menuju gerbang kota Mekah hendak menyambut jantung hatinya. Sabar ia tunggu kedatangan suaminya. Abul Ash terlihat. Tak lama kemudian ia mendekat. Suaminya membisikinya. “Aku akan pergi”

“Ke mana?” pendar mata binar Zainab kembali meredup

“Bukan aku, tapi engkau yang pergi. Aku berjanji menyerahkanmu pada ayahmu!”

“Mengapa?”

“Untuk memisahkan antara aku dan dirimu. Kembalilah pada ayahmu!”

Abul Ash menepati janjinya.

“Mengapa engkau tak membersamaiku saja. Masuklah Islam.” Zainab membujuk penuh harap, penuh cinta.

Dan Abul Ash tetap pada pendiriannya. Zainab pun meninggalkan Mekah. Meninggalkan suaminya. Menaati perintah Allah dan ayahnya. Ia hijrah ke Madinah membawa anak-anaknya.

Sejak saat itu, selama enam tahun silih berganti para lelaki melamarnya. Namun, Zainab tak pernah berkenan menerima. Ia tetap setia menunggu cintanya yang tertinggal di Mekah. Bersama sekeping harap agar mantan suaminya datang menghadap ayahnya dan membersamainya kembali seperti sedia kala.

Setelah tahun-tahun sulit. Menjelang terjadinya Fathu Makkah, Abul Ash sebagaimana biasa ia melakukan perjalanan, berdagang ke negeri Syam. 

Dalam perjalanan pulang ke Mekah ia bersama kafilah dagang Quraisy membawa 100 ekor unta dengan 170 orang. Mereka terendus oleh pasukan mata-mata umat Islam. Mereka pun akhirnya ditawan. Namun, Abul Ash berhasil kabur, lenyap dan menghilang.

Abul Ash berlindung di balik kegelapan malam yang semakin gelap serta larut. Ia mengendap-endap memasuki kota Madinah. Bersembunyi beberapa saat.

Menjelang fajar ia semakin mendekat. Rumah Zainab yang ditujunya. Inilah tsiqah, sebuah kepercayaan.

Zainab bertanya, “Apakah Engkau datang dalam keadaan muslim?”

Abul Ash menjawab, “Bukan. Aku kabur!”

“Mengapa engkau tidak ber-Islam saja?”

“Tidak.”

Abul Ash meminta jaminan dan perlindungan. Zainab pun bersedia melindungi. Menjamin dirinya.

“Jangan takut, anak bibiku. Selamat datang wahai Abu Ali dan Abu Umamah,” Rasulullah Saw. berdiri di mihrab, mengimami kaum muslimin Shalat Fajar berjamaah. Beliau mengucapkan takbiratul ihram, para makmum di belakang beliau juga bertakbir. Saat itu dari shaf jamaah perempuan, Zainab mengangkat suaranya. Ia berkata, “Aku Zainab binti Muhammad, telah memberi jaminan kepada Abul Ash, maka lindungilah dia.”

Ketika selesai shalat, Nabi Muhammad Saw. menoleh kepada para jamaah dan bertanya, “Apakah kalian semua mendengar seperti yang aku dengar?”

Mereka menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.”

Nabi Muhammad Saw bersabda, “Demi Dzat yang diriku ada dalam genggaman-Nya. Aku tidak tahu kecuali apa yang aku dengar, seperti yang kalian dengar. Sungguh orang yang paling lemah di antara kaum muslimin telah memberi perlindungan.”

Nabi Saw. berdiri menyeru, “Wahai para manusia. Sungguh terhadap lelaki ini sebagai menantu saya tidaklah mencelanya. Menantuku ini telah berbicara denganku dan ia membenarkanku, ia memberi janji dan ia menunaikan janjinya terhadapku.”

Penuh khidmat dan hening para sahabat Nabi Saw. mendengarkannya.

“Bila kalian setuju untuk mengembalikan hartanya dan membiarkannya pulang ke negerinya, maka ini lebih aku sukai. Tetapi bila kalian menolak, maka semua urusan kuserahkan kepada kalian, keputusan ada di tangan kalian. Saya takkan memprotesnya.”

Inilah musyawarah. Beliau tidak menggunakan otoritas kepemimpinannya.

“Kami bersedia menyerahkan kembali hartanya,” para sahabat menyetujui Rasulullah Saw., dan inilah adab dan kesantunan sebagai balasan keteladanan dan tawaduk pemimpin.

Lalu Nabi Saw. bersabda, “Wahai Zainab, kita telah memberi perlindungan kepada orang yang engkau beri perlindungan dan jaminan.”

Lalu Rasulullah membersamai putrinya ke rumahnya, “Wahai Zainab! Hormatilah Abul Ash. Dia itu putra bibimu, dia adalah ayah dari anak-anakmu. Tetapi jangan dekati dia, itu tidak halal bagimu.” Syariat dipraktikkan dan dipadu dengan akhlak mulia serta kasih sayang.

Zainab menganggukkan kepala, “Labbaik, wahai Rasulullah.”

Zainab menemui Abul Ash bin Rabi’ dan berkata, “Perceraian kita telah menyulitkan kita. Maukah engkau masuk Islam dan tinggal bersama kami?”

Harapan dan cinta menyatu, keluar dari bibir putri manusia termulia. Namun, Allah belum mengabulkannya.

Abul Ash mengambil hartanya dan pulang menuju Mekah. Sesampai di kota Mekah ia berkata kepada penduduk Mekah, “Wahai penduduk Mekah, terimalah harta kalian. Apakah masih ada yang kurang?"

Mereka menjawab, “Semoga Allah membalas kebaikan kepadamu. Engkau telah menunaikan amanah dengan sangat baik.”

Abul Ash berkata, "Aku sungguh bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul-Nya."

Bergegas, Ia pun pergi berhijrah menuju Madinah. Menjemput hidayahnya. Menyusun kembali kepingan cinta dan kesetiaannya.

Ketika waktu fajar, ia memasuki kota Madinah. Ia bergegas menghadap Nabi Saw., dia berkata, “Wahai Rasulullah, kemarin engkau memberi perlindungan kepadaku. Kini, saksikanlah aku datang dan bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya.” Abul Ash melanjutkan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memberi izin kepadaku untuk kembali (ruju’) kepada Zainab?”

Nabi Saw. memegang pundak Abul Ash dan berkata, “Mari berjalan bersamaku.” 

Beliau ke rumah Zainab, mengetuk pintu dengan penuh bahagia, “Anakku, Zainab. Ini anak bibimu datang kepadaku. Dia meminta izin kepadaku untuk kembali kepadamu. Bersediakah engkau?”

Maka, nampak muka Zainab kemerahan seraya tersenyum. Malu-malu. Pertanda rela, ungkapan persetujuannya.
Seisi Madinah gegap gempita, menyambut bahagia. Merayakan pertemuan cinta dan kesetiaan. Langit cerah, seputih ketulusan cinta Zainab.

Namun, ini bukan akhir sebuah kisah....

Setahun kemudian, Zainab putri Rasulullah Saw. dipanggil oleh Allah. Ajalnya telah sampai. Isak tangis kesedihan Abul Ash terdengar. Menyayat siapa saja yang mendengarnya. Para sahabat menyaksikan Rasulullah Saw. mengusapnya. Turut merasakan kesedihan yang mendalam. Menerima takdir Allah dengan penuh keimanan.

Suara berat Abul Ash menyeruak, “Wahai Rasulullah aku tak mampu hidup tanpa Zainab.”

Dan benar, setahun kemudian ia menyusul kekasihnya. Menghadap Allah Swt.

Itulah kisah tentang cinta dan kesetiaan. Bersyukurlah, Allah telah karuniakan perempuan baik mendampingimu. Rawatlah cintanya. Ajaklah membangun istana cinta di dunia. Kelak Allah akan membalasmu dengan karunia cinta yang abadi, kesetiaan yang tak pernah luntur oleh masa. 

Sumber tulisan: 
1. Alhdeeth.com dan Al-Maktaba.com
2. Beberapa redaksi diambil dari At-Tarikh al-Islamiy karya Mahmud Syakir, Siyar a’lâm an-Nubalâ karya Imam al-Hafizh Syamsuddin adz-Dzahabiy.
3. Hadits jaminan Zainab kepada Abul Ash juga diriwayatkan oleh ath-Thabraniy, al-Hakim dan al-Baihaqi dari riwayat Ummu Salamah r.a.

Rabu, 15 Februari 2023

Tentang Rasa

Bertemu denganmu adalah sebuah pelajaran berharga
Belajar tentang hidup tiada habisnya
Setiap detik rasa yang tertera
Selalu ada hikmah dibalik semua

Tentang sebuah ketulusan
Tulus mengabdi dan menghamba
Hingga detik ini berlalu
Sungguh belum mampu menyaingimu

Tentang kesabaran tanpa tapi
Kesyukuran tanpa tepi
Semua berlarut dalam satu cawan
Pemandangan rasa indah menawan

Kapanpun
Dimanapun
Bagaimanapun
dan dengan Siapapun kau berinteraksi
Sebuah pelajaran selalu dinanti
Entah kemarin, kini, esok, atau lusa
Pasti ada Hikmah Ilahiah tertera

Denganmu kami berilmu
dengan kasihmu kami berlaku

Tentang sebuah rasa
Tulus mengasihi
Sabar tanpa tepi
Syukut tanpa tapi

Selamat malam wahai Kekasih Ilahi
Semoga kebaikan selalu menyertaimu

Salam hangat,
dari murid kecilmu

Qudsia

Jumat, 27 Januari 2023

Jum'at, 27 Januari 2023

Permulaan cantik pada angka 27
kami mulai menulis lagi
setelah sekian lama tak bersua dengan goresan tinta

Besarnya rasa syukur kami takkan bisa dibandingkan dengan apapun
Ibarat buku pelajaran,
Andai kami membuka halaman demi halaman
Hingga akhur hayat takkan menemukan akhir dari diktat tersebut

Sebegi besarnya Sang Maha Cinta mengizinkan kami mencintaimu kawan...
Jika ada yang berkata,
Pertemuan dengan seseorang dalam hidup semuanya bermakna

Maka, dipertemukan denganmu adalah salah satu anugrah...
Sebuah pelajaran yang akan selesai dipelajari ketika nafas terakhir berhembus, mungkin.

Wahai Dzat yang Maha Segalanya...
doa kami padamu hanya satu..
Semoga kebaikan selalu menyertaimu,
dengan tanpa sebab tanpa akibat, melangitkan namamu setinggi-tingginya...

Maaf, jika selama ini terlalu dalam memasuki hidupmu...
Karena separuh Adab, adalah tidak ikut campur urusan orang lain...

Mau bagaimanapun lisan ingin melepaskan,
"dengan senyuman, kami berpamitan"
Namun dalam hati, takkan terlupa meski hanya sedetik...

Entah bagaimana kuatNya Sang Maha dalam memberi rasa,
di tiap kali hembusan nafas, disitu pula dirimu tak pernah terlepas...

Salam hangat dari saudarimu,
Selena